Spirit Menyambut Tahun Ajaran Baru

Pesan cinta Hasan Al-Banna

Salah satu pemikiran Hasan al-Banna di bidang pendidikan berkaitan dengan upaya mengintegrasikan sistem pendidikan yang dikotomis antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Melalui upaya ini Ikhwan al-Muslimin bermaksud memberi nilai agama pada pengetahuan umum, dan memberi makna progresif terhadap pengetahuan dan amaliah agama, sehingga sikap keagamaan tersebut tampil lebih aktual. Dalam hubungan ini Ikhwan al-Muslimin berusaha memperbaharui makna iman yang telah lapuk oleh peradaban modern, yaitu dengan cara kembali kepada sumber-sumber ajaran yang orisinil. Upaya-upaya tersebut dapat terlihat dari bingkai pendidikan Ikhwan al-Muslimin yang berorientasi ketuhanan, universal, terpadu, seimbang dan bermuatan keterampilan yang positif dan konstruktif.
Orientasi ketuhanan dalam pendidikan amat penting, karena aspek ketuhanan atau keimanan merupakan hal yang terpenting dalam pendidikan Islam. Aspek keimanan ini sangat mendasar pengaruhnya, terutama jika dihubungkan dengan tujuan pertama pendidikan Islam, yaitu mewujudkan manusia-manusia yang memiliki keimanan yang kokoh. Yaitu iman yang tidak hanya terbatas pada pengertian dan perkataan, tetapi juga harus diimplementasikan dengan praktek-praktek ibadah dan ritualitas agama yang menumbuhkan sikap positif untuk kehidupan pribadi dan masyarakat.
Selanjutnya yang dimaksud dengan universal dan terpadu adalah bahwa pendidikan Islam tidak hanya mementingkan satu segi tertentu saja, dan tidak pula mengharuskan adanya spesialisasi yang sempit melainkan mencakup semua aspek secara terpadu dan seimbang. Pendidikan Islam tidak hanya mementingkan ruhani dan moral seperti yang terdapat pada paham kaum sufi, dan tidak pula hanya menekankan pendidikan rasio seperti yang didambakan kaum filosofis, dan tidak juga hanya mementingkan latihan keterampilan dan disiplin sebagaimana pendidikan dalam kemiliteran, tetapi pendidikan Islam itu mementingkan sesama dimensi secara seimbang.
Ciri universalisme dan terpadu dalam pendidikan Islam juga harus mementingkan aspek ruhani. Dalam hubungan ini Muhammad Quthb mengatakan bahwa ruh adalah suatu kekuatan yang tidak terlihat dan tidak kita ketahui materi dan cara kerjanya. Ia adalah alat untuk mengadakan kontak dengan Allah sesuai dengan fitrahnya, yaitu alat yang membawa manusia kepada Tuhan. Untuk mencapai tujuan penyatuan ruhaniah dengan Tuhan, manusia dianjurkan agar menciptakan hubungan yang terus menerus antara ruh dengan Allah pada saat dan kegiatan bagaimanapun, baik pada saat berpikir, merasa maupun berbuat.
Selain membina aspek ruhani, pendidikan Islam juga harus membina intelektualitas atau cara berpikir yang benar. Hal ini dinilai penting oleh Ikhwan al-Muslimin, mengingat eksistensi manusia terdiri dari unsur ruhani, akal dan jasmani. Ketiga unsur tersebut harus terpadu dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Pesan terakhir dari Hasan Al Banna untuk mu wahai guru dan arsitek peradaban *Wala tumnun tastakthir*
Janganlah engkau memberi karena harapkan balasan yang banyak! Jalankan tugas ini tanpa mengharap balasan dan ganjaran dari manusia ramai. Menjalankan tugas adalah berbakti dan mengabdi, tidak mengharapkan balasan dan pujian, keuntungan benda dan material. Kekayaan manusia tidak cukup untuk “membalas” jasamu yang tidak ternilai itu. Bukankah tanpa engkau, masyarakat ini akan kering dari ketiadaan Iman, kepercayaan dan, pegangan? Bukankah tanpa engkau, masyarakat ini lenyap ditelan kesepian, tiada suluh dan pelita? Bukankah tanpa engkau, hidup ini akan kerdil; hidup kehampaan dan segala kehampaan, kerana tiada Iman dan Agama? Kalau tidak adalah “penyuluh-penyuluh” baru datang ke dunia seperti engkau, alam ini seluruhnya akan tenggelam dalam kegelapan, kesepian dan kehampaan. Jalankan tugas ini kerena hanya mengharapkan ke Ridhaan Tuhanmu jua.

Satu pemikiran pada “Spirit Menyambut Tahun Ajaran Baru”

Tinggalkan komentar