Konsekuensi setelah akad dan kata Sah bergema adalah engkau harus selalu siap dengan setiap kejadian yang terjadi di depan mata. Jalan ini masih panjang, tak cukup dengan tawa engkau melaluinya, akan ada tanjakan maupun penurunan yang curam barang tentunya.
Siapa bilang menikah hanyalah sekedar mencari “kesenangan”. Bukan, ini bukanlah wahana yang menyenangkan, namun adalah ujung tombak perjuangan. Di dalam pernikahan akan banyak juang yang harus engkau lakukan, bukan hanya sebagai makhluk individual namun berubah menjadi makhluk sosial.
Bersama melangkah, bersama mengubah, dan bersama berusaha menjadi lebih baik lagi tentunya.
Belumlah lengkap jika menikah hanya memikirkan kita berdua. Menghabiskan waktu bersama hingga tua datang di depan mata. Belumlah sempurna rasanya, jika tidak ada generasi penerus yang ditinggalkan di dunia saat jasad dihantarkan padanya tanah. Siapa yang akan tetap mengirimkan pahala jika engkau telah tiada? Bukankah terputus semua pintunya, kecuali olehnya 3 perkara. Dan salah satunya adalah doa penerus yang sholeh lagi sholeha.
Pertama adalah ketidak percayaan, saat alat itu berubah menjadi dua garis. Kedua adalah ketakutan, saat suami tersenyum dan mengatakan “alhamdulillah, Allah percayakan kita”. Ketiga adalah terpana, kenapa secepat ini? Antara siap dan tidak siap, tapi tidak mungkin menolak takdir. Karena dalam menikah inilah salah satu pemanis dari tawarnya rasa.
Dan pada akhirnya ketakutan itu pun berubah menjadi wahana yang terlihat nyata. Tak hanya di isi kepala, namun benar benar dialami dan dilalui… Lalu pertanyaannya, akan kah menyerah? Atau lanjut memperjuangkan nya?
#catatankaki #bucil