Segala Puji bagi Allah yang telah memuliakan perempuan, sehingga menjadikan surga berada ditelapak kakinya, dan yang telah menjadikan perempuan sebaik-baik perhiasan, sebagaimana di riwayatkan Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467).
Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang memberi syafaat pada pembacanya.” (HR. Muslim)
Al-Quran diturunkan, Allah sebagai pedoman hidup manusia. Tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya terdapat solusi dari setiap permasalahan di dalam hidup ini. Ketika kita mengkaji dan mempelajari Al-Quran lebih dalam, maka bersiaplah untuk takjub.
Iya…….. Takjub ketika menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang sekian lama berusaha untuk diselesaikan, ternyata telah Allah turunkan kunci penyelesaiannya sejak dahulu, 1400-an tahun yang lalu. Lalu sebagai seorang Muslim yang meyakini kebenaran Al-Quran, bagaimanakah kedekatan kita dengan Kitab tersebut? Sudah sejauh mana kita dekat dengan Kitab pedoman solusi hidup ini?
Membaca Al-Quran akan menjadi sebuah nikmat tersendiri serta dapat menjadi pelipur ketika sedang sedih. Sebaliknya, jika hati ini menjadi mati ketika membaca atau mendengarkan lantunan surat cinta yang indah dari ayat Al-Quran, maka kondisi Iman kita patut dipertanyakan “?????? Why My Faith?
Belum lagi ketika kita jarang “bercengkerama” dengan Al-Quran, dengan berbagai alasan, “Tak sempat… Tak ada waktu, sibuk lah…. inilah… itulah”. Lagi-lagi kondisi iman kita patut dipertanyakan. Lalu bagaimana agar diri ini senantiasa selalu dekat dengan Al-Quran? Bagaimana cara agar hati ini semakin mencintai Quran wahai kawan?
1. Bersama Al-Quran seintensif mungkin.
Waktu bersama Al-Quran itu harus “DEFINITIF”. Sama seperti kita menentukan waktu makan dan waktu tidur. Misalkan, menetapkan waktu khusus bersama Al-Quran saat ba’da Maghrib sampai Isya, setelah Shalat Subuh, atau waktu antara Qiyamullail dengan adzan Subuh, sehingga saat-saat “bercengkerama” dengannya akan menjadi lebih intensif. Bukannya membaca Al-Quran hanya “KALAU SEMPAT”. Jika seperti ini prinsip kita. Maka bagaimana mau dekat dengan Al-Quran, menyisihkan membacanya minimal 30 menit perhari saja kita tak berkenan??
2. Merenung dan berpikir akan ayat-ayat Al-Quran.
Menghayati dan memaknai isi dari ayat-ayat Al-Quran adalah hal yang sangat penting, sebab dengan memahaminya kita akan semakin merasakan keindahan Al-Quran. Bukankah Allah memang menyuruh hamba-Nya berpikir tentang ayat-ayat-Nya. “Afalaa Tatafakkaruun”
3. Kembali kepada Al-Quran atas setiap permasalahan yang dihadapi.
Hal ini dilakukan agar “koneksi” untuk selalu terhubung dengan Allah tetap terjaga.
Begitu sangat penting sekali kita seorang muslim dan muslimah untuk mempelajari, membaca dan memahaminya.
Sepanjang pengamatan saya, pendidikan wanita saat ini sudah mengalami pergeseran yang amat jauh sekali dari nilai-nilai Islam, yang berakibat pada pergeseran cara pandang terhadap wanita pun mengalami pergeseran pula. Tidak adanya konsep pendidikan yang benar bagi wanita akan menimbulkan implikasi ditengah- tengah masyarakat dan tak jarang hal itu tidak pernah kita rasakan sama sekali. Implikasi yang muncul ditengah masyarakat akibat dari penerapan konsep pendidikan wanita yang salah, barangkali salah satunya jorgan emansipasi yang melampaui batas fitroh kewanitaan yang sudah digariskan oleh syariat.
Maka pemandangan sosok “wonder woman/wanita super” sudah menjadi biasa bagi kita saat ini, karena pendidikan kita lebih mengedepankan para wanita menjadi wanita karier, yang terkadang banyak menggeser peran – peran yang seharusnya dipegang oleh para pria. Inilah perwajahan dunia pendidikan kita saat ini yang pada ujungnya adalah pekerjaan semata. Sehingga wajarlah manakala kita melihat para orang tua saat ini akan menuntut banyak hal dari anaknya yang telah selesai studinya dengan bekerja semata, walaupun dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan fitrohnya sebagai wanita dan ketentuan syariat.
Hal ini adalah fakta dari berbagai persoalan yang muncul karena konsep pendidikan yang tidak mendasarkan pada nilai-nilai Islam. Belum lagi jika kita kaitkan dengan kesiapan wanita saat ini memasuki gerbang rumah tangga, bisa kita katakan sangat minim sekali dari sisi bekal – bekal ulumuddinnya serta ilmu tentang Al – Qur’an.
Fenomena kekurangsiapan bekal dari segi ulumuddinnya serta ilmu tentang Al – Qur’an nampak nyata manakala sosok wanita tersebut hidup dalam lingkungan yang tidak Islami, yang diawali sejak dalam kandungan sampai menginjak dewasa. Ditambah lagi latar belakang orang tua yang kurang paham dengan nilai – nilai Islam, sampai pada titik akhir dia pun tumbuh dewasa dengan bekal – bekal ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an yang sangat minim sekali, bahkan tak jarang tidak punya bekal sama sekali. Begitu pula saat mengenyam pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, tidak pernah ditanamkan tentang nilai – nilai Islam, maka dia akan tumbuh sebagai sosok wanita yang tidak paham dengan agamanya sendiri.
Dari fakta di atas barangkali salah satu sosok wanita yang masih diberikan karunia oleh Allah SWT untuk mendalami Al – Qur’an yakni sosok seorang hafizhah. Tanpa menafi’kan berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada, seorang hafizhah saat ini sangat langka mengingat untuk menyelesaikan dan punya kemampuan menghafal Al – Qur’an membutuhkan banyak pengorbanan dan perlu kesabaran.
Ditambah lagi minat para wanita saat ini untuk menghafal Al – Qur’an sangat kurang, karena memang tidak banyak keuntungan di dunia yang didapatkan kecuali mengharap ridlo Allah SWT semata. Bahkan dalam melihat keutamaan serta kemuliaan para penghafal Qur’an ini Imam Bukhori menyendirikan dalam kitab shohihnya bab hadits tentang kedudukan pembawa Al – Qur’an dengan judul : Bab iri terhadap Shohibul Qur’an. Beliau meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata : Aku mendengar Rosulullah saw bersabda :”
“Tidak ada iri kecuali kepada dua golongan : laki – laki yang diberi Allah tentang Al – Qur’an dan mengamalkannya sepanjang malam dan laki – laki yang diberi harta oleh Allah dia bershodaqah siang dan malam” ( HR. Bukhori )
Ibnu Hajar menjelaskan dalam syarahnya tentang hadits tersebut maksud Bukhori mengemukakan hadits tersebut dengan judul : Iri kepada Shohibul Qur’an, Beliau berkata sesungguhnya maksud Bukhori adalah bahwa hadits ini menunjukkan selain Shohibul Qur’an dibolehkan iri kepada Shohibul Qur’an karena mengamalkan Al – Qur’an yang diberikan Allah kepadanya, maka shahibul Qur’an lebih layak untuk iri ( bahagia ) dengan amalan yang ia lakukan.
Al Imam Ibnu Katsir berkata : “Kandungan hadits ini menunjukkan bahwa Shohibul Qur’an itu di-iri-kan ( oleh orang lain ), ini keadaan yang baik. Hendaknya rasa iri yang sangat itu disebabkan karena posisi itu dan disunnahkan rasa iri padanya karena hal tersebut artinya berobsesi seperti nikmat orang tersebut, hal ini berbeda dengan hasad yang tercela yaitu berobsesi agar nikmat orang yang di-iri-kan itu hilang .”
Dari penjelasan di atas ternyata kita diperbolehkan iri bahkan hal ini merupakan sunnah terhadap sosok seorang penjaga Qur’an, karena banyaknya keutamaan serta hikmah yang bisa kita peroleh dari kehidupan para penghafal Qur’an.
Sekali lagi saya tidak memprovokasi anda untuk mencari pendamping hidup seorang hafidzah karena keputusan ada pada anda sendiri. Apa pun keunikan yang menarik manakala anda mencari pendamping hidup seorang hafizhah adalah :
1. Bekal – bekal ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an setidaknya sudah dimiliki walaupun masih sangat minim sekali dan masih perlu ditingkatkan. Bekal ini nantinya akan sangat bermanfaat sekali untuk membekali prinsip dasar ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an pada anak kita nanti. Misalnya membaca Al – Qur’an dengan fasih dan benar serta mampu menghafal beberapa juz Al – Qur’an dengan lancar dan lain – lain. Alangkah lucu dan bahagianya kita seandainya anak kita nanti yang masih balita sudah mampu membaca Al – Qur’an dan hafal beberapa juz Al – Qur’an karena tidak lain ibunya sendiri seorang hafizhah. Dan tentu saja penanaman pada seorang anak untuk mencintai Al – Qur’an sudah ditanamkan sejak dalam kandungan oleh seorang ibu yang hafidzah.
Kita pun bisa mengamati seorang ibu yang sedang mengandung anaknya kemudian aktivitasnya senantiasa mengulang, menyimak dan menghafal Al – Qur’an, maka anak yang akan dilahirkan pun akan sangat berbeda dengan seorang ibu yang mengandung anaknya, sedangkan dia tidak pernah bahkan jarang menyentuh Al – Qur’an, Insya’ Allah anak yang lahir dari rahim seorang hafizhah akan menjadi anak yang sholeh dan hafidz, Amiin
Lalu bagaimana bekal – bekal yang lainnya ? Kalau bekal – bekal ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an sudah didapatkan, Insya’ Allah bekal – bekal yang lain untuk menjadi seorang ibu yang pandai mendidik anak dan melayani suami sesuatu hal yang mudah kita dapatkan, tetapi dengan syarat kita harus punya persepsi yang sama dengan istri kita, bahwa kehidupan rumah tangga bukanlah akhir untuk mengapai cita – cita dan harapan. Maknanya bahwa ketika berumah tangga kita harus berupaya untuk terus belajar dan mengembangkan potensi diri, baik dari sisi suami maupun istri kita sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan kita. Tetapi kalau kita cukup puas dengan apa yang ada dan rumah tangga merupakan akhir segalanya, maka kita akan menjadi orang yang tertinggal.
2. Kalau kita sebagai suami punya kemampuan ulumuddin serta ilmu tentang Al – Qur’an yang sangat minim, maka kita bisa belajar banyak dengan istri kita yang hafidzah. Kita tidak boleh malu untuk belajar pada istri kita, kalau memang pada kenyataannya kita tidak mampu manakala ini kita upayakan Insya’ Allah kita akan mendapatkan manfaat yang banyak dari istri kita yang hafidzah.
Ada beberapa nama perempuan yang tersebut secara eksplisit maupun implisit dalam Al Quran, baik dalam kisah umum maupun kisah khusus. Hanya diceritakan dalam satu surah atau tersebar di berbagai surah. Adapun kategori tokoh perempuan yang Allah Taala berkenan mengabadikan kisah dalam mushaf-Nya, baik tokoh dalam peran yang baik dan tokoh dengan peran yang buruk. Namun, beberapa perempuan yang dapat menjadi teladan dalam Al Qur’an lebih banyak dibanding perempuan yang tercela.
Adapun nama tokoh perempuan yang disebutkan kebaikannya sebagai berikut :
1. Maryam Al Batul
Maryam adalah tokoh-tokoh perempuan yang pernah disebutkan, baik namanya, kisahnya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Tidak semua tokoh perempuan disebutkan namanya, kecuali Maryam dalam Al Qur’an sebagai ibu dari Nabi Isa alaihissalam. Bahkan namanya menjadi sebuah nama Surah yakni Surah Maryam. Surat di urutan yang kesembilan belas. Nama Maryam disebut sebanyak 34 kali. Maryam menjadi panutan bagi wanita Islam di dunia. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memilih Maryam di atas semua perempuan di seluruh dunia (Qs. Ali Imran: 42).
2. Ibu dan saudari Musa
Ibu Nabi Musa adalah satu-satunya wanita dalam Al Qur’an yang menerima wahyu (ilham). Allah Taala mengirimkan wahyu kepadanya untuk membantu Musa agar tetap hidup, sebagai bentuk pertolongan-Nya dan kekuasaan-Nya di luar kemampuan manusia yang terbatas, sekalipun dalam menghadapi Thagut seperti Firaun yang sangat kejam dan dzalim.
“Dan Kami ilhamkan kepada Ibu Musa; “susuilah ia dan apabila kamu khawatir terhadapnya jatuhkanlah dia ke sungai (Nil) . Janganlah kamu khawatir dan janganlah bersedih hati, karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya dari para rasul” (Qs. Al Qashash:7)
Peti yang dihanyutkan ibu Musa ternyata menepi di pemandian istana Firaun yang kemudian diketemukan oleh Aisyiah (isteri Firaun). Dengan izin Allah SWT, Musa diasuh oleh keluarga Fir’aun. Meski di sisi lain, ibu Musa merasa hatinya menjadi kosong dan hampa.
“Dan kosonglah hati ibu Musa, sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah)”. (Qs.Al Qashash:10)
Kemudian setelah saudari Musa melihat bahwa Musa menolak susu demi susu yang diberikan perawat, Dia menyarankan agar Musa disusui oleh ibunya.
“Dan Kami cegah Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang menyusui sebelum itu; maka berkatalah saudari Musa: “maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” (Qs. Al Qashash:12)
Akhirnya Musa kembali ke pangkuan ibundanya, walaupun hanya sampai Musa berhenti menyusu.
3. Istri Musa
Istri Musa adalah seorang wanita, anak dari seorang Nabi yang diutus untuk kaum Madyan, yaitu Nabi Syu’aib alaihissalam. Musa harus bekerja kepada Nabi Syu’aib selama delapan tahun, kemudian disempurnakan hingga sepuluh tahun sebagai mas kawin untuk menikahi puteri Nabi Syuaib.
Salah seorang dari dua perempuan itu berkata: “Ya, bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik bagi kamu yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang-orang yang dapat dipercaya”. Berkatalah dia (Syuaib): Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku atas dasar bahwa kamu bekerja delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” (Qs.Al Qashash:26-27)
4. Istri Fir’aun
Dikenal sebagai Aisiyah, ibu angkat Nabi Musa. Dari sekian panjang kisah perjalanan hidup Musa, Istri Fir’aun memegang peranan penting di dalamnya, karena Musa diasuh dan dibesarkan oleh keluarga Firaun, atas kecerdasan dan kebijaksanaan Aisyiyah. Kebenaran Aisyiyah sebagai perempuan beriman juga tercantum dalam Al-Qur’an.
Dan berkatalah Istri Fir’aun: “(ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kitaatau kita ambil ia menjadi anak” sedangkan mereka tidak menyadari. (Qs.Al Qasas : 9)
Bahkan sebenarnya Aisyiyah justru berlindung kepada Allah Taala dari kezaliman suaminya, Fir’aun.
Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (Qs. At Tahrim: 11)
5.Ratu Saba (Bilqis)
Kisah Ratu Balqis yang memerintah kerajaan Saba pada zaman Nabi Sulaiman alaihissalam bisa dibaca dalam Qs. An Naml : 22-44.
6. Istri Imran
Istri Imran (ayah Maryam) sekaligus nenek dari Nabi Isa tidak disebutkan namanya secara spesifik dalam Al Qur’an. Menurut Al Qur’an, Imran dan istrinya berdoa agar dikaruniai seorang anak.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melampaui alam semesta, yang merupakan keturunan antara satu dengan yang lain, sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Qs. Ali Imran: 33-34)
7. Hawa
Hawa seperti tokoh-tokoh perempuan dalam Al Qur’an yang lain, tidak disebutkan namanya dalam Al Qur’an. Namun hadits Rasulullah SAW menyebutkan istri Nabi Adam ini bernama Hawa. Dia disebutkan dalam tiga Surah, yang merupakan wanita pertama di muka bumi sekaligus ibu dari seluruh manusia.
“Maka Kami berkata: Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. ” (Qs. 20: 117)
Kata bercetak tebal diatas merujuk kepada Hawa. Ia diusir oleh Allah dari surga karena memakan buah khuldi dan dipindahkan ke bumi beserta setan-setan dan iblis.
8. Anak-anak perempuan Luth
Anak-anak perempuan Luth pernah disebutkan dalam Surah Hud dan Surah Al Hijr. Anak-anak perempuan Luth dalam hal ini membantu ayahnya dalam berdakwah kepada kaum Sodom yang memiliki kebiasaan buruk (homoseksual).
Luth berkata: inilah puteri-puteriku, jika kamu hendak melakukannya. (Qs.15:71)
Mereka menjawab: Sesungguhnya kami tidak memiliki keinginan terhadap puteri-puterimu , dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang kami kehendaki. (Qs.Hud:79)
8. Sarah, istri Nabi Ibrahim
Sarah, istri Nabi Ibrahim alaihissalam disebutkan dalam Al Qur’an sebagai ibu dari Nabi Ishaq alaihissalam. Beliau dikaruniai keturunan saat usia tua.
Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku seorang perempuan tua dan ini suamiku pun dalam keadaan yang tua pula, sesunguhnya ini benar-benar sesuatu yang aneh” (Qs.Hud : 72)
9. Istri-istri Muhammad
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. (QS. Al-Ahzab ayat 6)
Nabi Muhammad seringkali disebutkan menikah dengan 11 orang perempuan. Terdapat kisah bahwa ia menikah dengan dua orang perempuan lainnya, tetapi diceraikannya sebelum mereka sempat bersama-sama, yaitu Amrah binti Yazid dari Bani Qilab dan Asma binti Nu’man dari Bani Kindah.
10. Anak-anak perempuan Nabi Muhammad
Nabi Muhammad memiliki empat anak perempuan dari seorang istri yang bernama Khadijah binti Khuwailid, yaitu: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah, dan Fatimah.
11. Wanita yang mengajukan gugatan kepada Nabi Muhammad
Al Qur’an menyebutkan wanita yang mengajukan gugatan di awal surah Al Mujadilah. Al kisah bantahan seorang perempuan yang menurut riwayat bernama Khaulah binti Tsa’labah terhadap sikap suaminya yang telah menzhiharnya. Hal ini diadukan kepada Rasulullah SAW dan menuntut keputusan yang adil dalam persoalan ini.
“Bahwa orang-orang yang menzhihar istri-istri mereka kemudian mereka hendak menarik kembali perkara yang pernah mereka ucapkan; maka diharuskan membebaskan seorang budak sebelum mereka berdua bercampur, demikianlah hal yang diajarkan, sungguh Allah Maha Mengetahui tentang hal-hal yang kalian lakukan, maka barangsiapa yang tidak menyanggupi, diharuskan berpuasa selama dua bulan terus-menerus sebelum keduanya bercampur, maka barangsiapa yang tidak sanggup, diharuskan memberi makan enam puluh orang yang membutuhkan, demikian itu supaya kalian beriman kepada Allah beserta UtusanNya, sebab demikian itu merupakan batasan-batasan peraturan dari Allah, sedangkan untuk golongan yang kafir telah disediakan Malapetaka pedih. (Qs. Al Mujadilah : 3-4)”
Perempuan dalam Islam mencontoh/meneladani perempuan yang sholihah. Kebenaran dan kebaikannya mendapatkan pengakuan dari Allah Taala. Mereka telah mengakhiri kehidupannya di dunia dengan husnul khotimah.
Dari berbagai kisah perempuan mukminah di atas, diharapkan kesabaran seseorang bertambah dalam menghadapi ujian kehidupan
Hendaknya perempuan sholihah semakin bersemangat dalam beribadah dan beramal sholih. Pentingya menjaga keistiqomahan seorang perempuan dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Setiap orang tua pasti menginginkan memiliki anak-anak yang hafal Al Quran. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?”
Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim)…
Begitu pun juga dengan Rasya el-Ghayyar yang memiliki 3 anak, kini ketiga putranya telah menjadi hafizh termuda di dunia. Mereka adalah Tabarak, Yazid dan Zeenah. Saat Rasya hamil, Ia melakukan sedikitnya 3 hal yang terkait langsung dengan harapan besar yang ia ingin capai yaitu memiliki anak penghafal Qur’an. Apa saja yang dilakukan oleh ibu yang satu ini? Simak berikut ini…
1. Banyak Tilawah
Doktor yang menjadi dosen di Batterje Medical College itu biasa membaca Al Qur’an sejak sebelum menikah. Ketika ia hamil, kebiasaan tilawah itu terus ia lakukan. Bahkan bisa lebih banyak dari hari-hari sebelumnya.
2. Menghafal Al Qur’an
Tidak hanya melakukan tilawah, Rasya juga berusaha untuk menambah hafalannya saat ia mengandung baik anak pertama (Tabarak), anak kedua (Yazeed), ataupun anak ketiga (Zeenah).
3. Berdoa
Rasya tidak pernah berhenti memanjatkan doa khusus selama hamil dan mencari waktu-waktu mustajab terkabulnya doa. Ia juga berdoa sebagaimana doa istri Imran yang mulia:
رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang ada dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat. Karena itu, terimalah (nadzar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Ali Imran: 35)
Sambil ia berdoa, Rasya menadzarkan anaknya menjadi anak yang selalu taat kepada Allah dan berbakti untuk Al Qur’an.
Biidznillah, doa itu akhirnya dikabulkan oleh Allah. Pada 20 Dzulhijjah 1423 H bertepatan dengan 22 Februari 2003 anak pertama yaitu Tabarak lahir dan mulai menghafalkan Al Qur’an pada usia 3 tahun dan menjadi hafizh pada usia 4,5 tahun. Tabarak lulus ujian al Jamiyyah al Khairiyah li Tahfizh al Qur’an al Karim di Jeddah dan al Hai’ah al ‘Alamiyah li Ta’lim al Qur’an al Karim yang dimiliki oleh Rabithah al ‘Alam al Islami dengan predikat mumtaz (Cumlaude). Tabarak juga tercatat sebagai hafiz termuda di dunia.
Pada usia 4,5 tahun anak kedua yaitu Yazid Tamamuddin juga hafal Al Qur’an 30 juz. Ia bahkan mendapatkan bisa mengalahkan kakaknya dan mendapat nilai lebih tinggi. Walaupun sama-sama mumtaz, tetapi Tabarak mendapatkan nilai 90 dan Yazeed mendapatkan nilai 95.
Anak ketiga juga demikian. Zeenah el Laboody hafal Al Qur’an 30 juz pada usia kurang dari lima tahun.
Akhirnya, jadilah ketiganya menjadi 3 hafiz termuda di dunia. Subhanallah Walhamdulillah Allahu Akbar.
perempuan itu laksana cahaya di kegelapan malam, maka sinarilah dengan ketakwaanmu, menghafalah selagi ada kesempatan dan membangunlah geerassi-gerasi masa depan untuk tegaknya Agama