Pembelajaran Tsunami Palu – Selat Sunda, Meningkatan Sistem Peringatan Dini

Dalam rangka memperingati 1 (satu) tahun peristiwa tsunami Palu, BMKG bersama Kementrian/Lembaga lain yaitu Kemenkomar, Kemenristek Dikti, BNPB, serta lembaga Internasional UNESCO-IOC, IORA, UNDRR, GIZ, JICA, IABI dan Ikatan Ahli Tsunami Indonesia menyelenggarakan “International Symposium on The Lessons Learnt from The 2018 Tsunamis in Palu and Sunda Strait” pada 26-28 September 2019, Auditorium BMKG, Jakarta-Indonesia.
Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati, M.SC. P.hD yang juga sekaligus menjabat sebagai Chairperson of Inter-Governmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (ICG/IOTWMS) membuka kegiatan symposium internasional di Auditorium BMKG.
Dalam sambutan pembukanya Dwikorita menjelaskan “tujuan diselenggarakannnya symposium ini adalah untuk membagikan secara luas hasil temuan lapangan hasil survei paska tsunami Palu yang dikoordinasikan UNESCO IOC melalui International Tsunami Survey Team (ITST)”.
Lebih lanjut Dwikorita menambahkan hasil “survey yang dilakukan oleh 7 Team Internasional terdiri dari 87 Peneliti dari 18 Negara ini pada tahun 2018 mengenai karakteristik dan dampak tsunami yang dilakuan ini dapat menjadi pembelajaran yang berharga bagi berbagai pihak, sebagai contoh dapat menjadi masukan untuk perencanaan wilayah, usaha peningkatan sistem peringatan dini, dan langkah langkah penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan bencana”, ujarnya.
Maka dengan itu ditegaskan kembali “bahwa science dan teknologi harus terus ditingkatkan, terutama science tentang tsunami yang terus berkembang, sehingga melalui symposium internasional para pakar dari berbagai belahan dunia serta Indonesia berkumpul untuk melakukan hasil – hasil investigasi dari kejadian tsunami, yang akhirnya ditemukan formula baru untuk penerapan ke depannya dalam peningkatan sistem peringatan dini tsunami yang ada di seluruh dunia”, ujar Dwikorita di hadapan pers.
Ia mengatakan seluruh dunia menyadari bahwa karakteristik tsunami di dua tempat di Indonesia itu memiliki ciri khas yang sangat berbeda dibandingkan dengan tempat lain.
Untuk itu, dia mengatakan simposium tersebut sangat penting sebagai bagian untuk mengembangkan teknologi deteksi tsunami dengan studi kasus Palu dan Selat Sunda.
Tsunami Palu dan Selat Sunda, lanjut dia, merupakan kejadian langka karena diawali patahan lempeng yang mendatar. Dalam teori disebut jika patahan mendatar tidak akan terjadi tsunami.
Akan tetapi, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu mengatakan ternyata tetap terjadi tsunami di Palu dan Selat Sunda karena ada longsor di bawah laut. Dampak tsunaminya juga tergolong hebat karena memicu kerugian berupa korban jiwa dan material.
“Sehingga ini, di sini, kita pakar dari Indonesia dan mancanegara akan menyampaikan hasil-hasil investigasi setelah kejadian tsunami tersebut untuk membangun ilmu pengetahuan yang baru terkait fenomena tsunami,” kata dia.
Symsposium ini diikuti hampir mencapai 300 dari 24 Negara. 34 pembicara mempresentasikan hasil penelitiannya. Selait dari itu akan ada pameran dari 26 poster dan 30 foto yang menggambarkan dampak kejadian tsunami di Palu dan Selat Sunda.
Dihari kedua pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan launching buku “Keterbatasan dan Tantangan Sistem Peringatan Dini”. BNPB dalam hal ini diwakili oleh Deputi Bidang Pencegahan, Lilik Kurniawan menerima buku yang diberikan oleh perwakilan UNDRR dan 2 buah buku yang ditulis oleh para peneliti dan praktisi di BMKG dengan judul “Risiko Hidup di Batas Lempeng Tektonik” (Kumpulan essay tiga bencana alam tahun 2018 di Lombok, Palu dan Selat Sunda) dan buku “Potensi Tsunami Zona Megathrust Indonesia” yang diserahkan oleh kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Pada sesi ke 3 _Key Note Speech_ : _Strengthening End to End Tsunami Early Warning System_, Lilik Kurniawan menyampaikan pentingnya kolaborasi multipihak dalam upaya pengurangan risiko bencana melalui kegiatan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami. Dalam kesempatan ini BNPB juga ikut dalam kegiatan pameran yang menampilkan konten-konten terkait dengan materi pengurangan risiko bencana berupa buku-buku/leaflet/merchandise dan permainan interaktif serta pengenalan InaRISK kepada para pengunjung kegiatan _International Symposium on The Lessons Learnt from The 2018 Tsunamis in Palu and Sunda Strait
 

Tinggalkan komentar