Pejuang Palestina dan Hafalan Al Quran Mereka

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”. (QS. Al-Qamar: 17)
Mereka Pejuang Palestina, bergemuruh diatas muka bumi, mereka ditakuti musuhnya di cintai kawannya, mereka pejuang palestina, berjuang dengan prinsip quwwatul jasad quwwatul aqidah, jargonnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala tujuan kami,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam teladan kami,Al-Qur’an Undang-Undang kami,Jihad jalan kami, dan Mati Syahid adalah cita-cita tertinggi kami. Itulah Pejuang Palestina, Pejuang Islam, Kehadirannya dirindu penduduk bumi dan surga, oh itulah pejuang kita.
Beberapa waktu belakangan kita dapati media negara kita diramaikan kembali oleh babak baru perseteruan antara Israel dan Palestina, konflik yang tiada henti-hentinya ini membuat mereka yang masih memegang semangat pembebasan merongrongkan segala daya upayanya untuk mendoakan dan membantu saudara saudarinya yang sedang bergulat nyawa disana. Sorotan mata dunia tak jarang mengarah pada konflik ini, kitapun sama, mencoba mengulik berbagai sudut pandang dari fenomena-fenomena yang terjadi disana.

Pejuang Palestina dan Hafalan Qur’an Mereka

Melewati sejarah palestina dan Israel yang cukup panjang, saya akan membahas sedikit mengenai pejuang palestina, saya coba kontekskan diskusi menuju pembahasan pejuang Hamas, pasukan Brigade Al-Qassam, pasukan yang menjadi garda terdepan melindungi palestina dari segala gempuran musuh. Ada fakta-fakta menarik untuk kita ketahui tentang pasukan ini, dalam proses perekrutannya ada syarat yang cukup sulit untuk di penuhi yaitu bagi siapa yang ingin menjadi anggota pasukan salah satu syaratnya harus hafal minimal 15-17 juz Alqur’an. Pertanyaannya mengapa harus menghafal Al-Qur’an? bukan fisik , mental dan kemampuan strategi berperang? Padahal untuk bertempur hanya perlu kemampuan fisik dan strategi untuk mengalahkan musuh, ini kenapa malah hafalan yang jadi syarat?. Jika kita telisik lebih jauh lagi, ternyata ada hal kontras yang membedakan prajurit kebanyakan dengan prajurit palestina, dimana prajurit kebanyakan berperang untuk membela haknya dan bukti ketidak sepakatan mereka terhadap kedzoliman yang terjadi (pragmatis dunia saja) dan prajurit palestina yang berperang selain untuk membela tanah air mereka namun juga untuk menegakkan Din mereka . Terbukti inilah yang membuat nafas panjang perjuangan orang-orang palestina dalam mempertahankan tanah mereka disana. Mengapa dengan menghafal Al-Quran? Ada fakta unik dalam dunia militer yang jamak kita ketahui, bahwa masalah terbesar prajurit adalah masalah mental dan psikologis, menurut situs American Psychological Association, terdapat data dari RAND Corporation yang menunjukkan bahwa 11-30 % tentara amerika yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD pasca berperang. Terlebih kebanyakan dari penduduk Israel meskipun mereka tidak mengimani Al-Qur’an, mereka percaya akan hadis Rasulullah yang mengabarkan nasib orang-orang yahudi di masa depan. Para prajurit Israel sudah tertanamkan ketakutan didada mereka, sebaliknya Prajurit palestina yang ditanamkan sedari kecil pemahaman keislaman dan juga motivasi-motivasi untuk membebaskan tanah kelahiran mereka, membuat hati mereka terpatri akan keberanian dan semangat mendulang kemenangan. Hakikatnya menghafal Al-Qur’an adalah memahami agama mereka, sejarah mereka , dan memperkuat narasi perjuangan mereka. Mereka yang paham betul alasan mereka berjuang dan berperang akan mampu menahan segala terpaan dan cobaan apapun di medan perang, terlebih alasan luhur mereka dalam berjuang menambah semangat mereka untuk tidak takut akan kematian, Isy Kariman aw Mut Syahidan.
Kadang dalam melawan kemustahilan dan ketidak mungkinan,kita harus berfikir diluar nalar logika, itulah yang Allah berikan untuk Indonesia kala melawan belanda, ketika musuh dengan berbagai kecanggihan senjatanya mampu ditaklukkan bangsa Indonesia hanya bermodal bambu runcing, keberanian dan ketauhidan yang tinggi. Itulah yang akan dijanjikan oleh Allah kepada palestina meski di gempur oleh Israel dangan segala macam senjata dan kapal tanpa awaknya juga back-up dari negara-negara adi daya,Palestina masih mampu bertahan hingga saat ini, itulah karunia Allah bagi mereka yang menjaga agama-Nya, bagi mereka yang mencintai Alquran dengan menghafal dan mengamalkannya.
Pasukan Hamas yang hafal Al-Qur’an , dengan bahasa sehari-hari bahasa arab membuat mereka selain hafal juga paham mengenai Al-qur’an, menjadikan mereka bukan hanya seorang penghafal namun juga pengamal Al-Qur’an. Ada cerita menarik yang sedari dulu ketika berbincang tentang palestina ingin saya kembali kabarkan. Cerita ini mengenai kebiasaan pasukan hamas yang selalu menutup wajahnya , Mereka memakai tutup wajah, semata hanya ingin menjaga keikhlasan mereka, tidak ujub atau takabbur (sombong) dan Menjaga Kerahasiaan Perjuangan Mereka. Ada cerita yang mengahrukan mengenai penutup wajah para pejuang Hamas di Gaza
Kisah ini terjadi ketika seluruh pasukan Brigade Izzuddin Al Qassam, sayap militer Hamas dikumpulkan didalam terowongan. Mereka diminta membuka penutup wajahnya masing-masing, Ketika diminta membuka penutup wajah itu, ada satu orang yang terus keras menolak membukanya. Sehingga semua anggota pasukan memaksa untuk membuka penutup wajahnya. Dan orang ini pun terpaksa membukanya Setelah penutup wajah itu dibuka, semua pasukan yang begitu terkejut mengetahui siapa orang yang pada awalnya tidak mau membuka penutup wajahnya, Orang itu ternyata adalah Perdana Menteri Palestina, Pemimpin Hamas, Ismail Haniya. Dan seluruh pejuang pun tersentak kaget dan tidak percaya bahwa yang bertempur bersama mereka adalah pemimpin tertinggi mereka,dan seluruh penjuangpun memeluk Ismael Haniyeh penuh Haru. Beliau turut ikut bertempur melawan Israel di medan jihad. Bahkan, beliau berada di garda terdepan pertempuran di Gaza, Palestina.
Begitulah akhlak para penghafal dan pengamal Al-Qur’an, setiap perbuatannya sangat menginspirasi kita semua. Kita ini pun sama sebagai para pejuang palestina, pejuang din ini, meski tidak terlibat langsung dalam pergulatan nyawa disana, kita disini dengan segala ikhtiar menggelontorkan doa, harta , semangat, bahkan persiapan kita jika hendak ikut berangkat berjuang langsung disana, dengan berbagai cara yang kita lakukan, juga harus menyiapkan diri kita sebaik mungkin dengan hafalan qur’an kita, dengan segala amalan kita dan pengetahuan kita untuk ikut berjuang dalam cita-cita pembebasan yang amat besar ini.
Menghafal Al-qur’an adalah proses untuk memahami dan mengamalkan din ini, alangkah luar biasanya apabila setiap muslim diseluruh penjuru dunia mengamalkan ajaran din ini, maka dakwah kita hari ini bukan hanya dakwah teoritis namun juga dakwah bil hikmah, karena hakikatnya Rasulullah pun berdakwah dengan suri tauladannya , menyampaikan kebenaran dengan amal perbuatannya terlebih dahulu. Semoga kita sebagai pengikutnya pun bisa mengikuti jejak langkah Rasulullah.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Al-Imran :200)
Dan dibulan Ramadhan ini, dipenghujungnya alangkah lebih baiknya kita untuk memperbanyak amalan-amalan kebaikan kita, agar kita bukan termasuk orang yang merugi karena tidak bisa menjadi insan yang lebih baik setelah ramadhan ini, dan juga sesuai surat Al-Imran ayat 200 diatas maka sudah selayaknya saya berpesan untuk kita semua agar mempersiapkan selalu diri kita, berkontribusi di berbagai ranah, menambah khasanah keilmuan dan pemikiran kita terkhusus akan din ini dan Al-Qur’an, dengan mempelajarinya , menghafalnya juga mengamalkannya. Karena cepat tidaknya bebasnya baitul maqdis tergantung dari ikhtiar dan kesiapan kita.

Tinggalkan komentar