Yeay! Ibrahim sudah boleh makan. Awalnya, saya deg-degan untuk memulai tapi sekarang malah happy. Senang menyusun menu, senang melihat Ibrahim lahap makan. Setelah satu bulan belajar memahami dan beradaptasi dengan pola serta akivitas barunya Ibrahim, akhirnya saya berani sharing tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) Ibrahim. Saya pengennya apa yang saya bagi disini sudah saya resapi dulu, jadi nggak asal ketik dan klik post. Ceilah! Tapi seriusan itu ya. Jadi, kali ini saya akan berbagi tentang prinsip dasar MPASI.
Sejak Ibrahim 5 bulan, saya sudah mulai mencari informasi mengenai MPASI. Baik dari buku, konsultasi dengan dokter anak (dokterapin), artikel internet, booklet panduan MPASI WHO dan IDAI, group whatsapp MPASI, diskusi dengan teman serta mengikuti kelas edukasi MPASI dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). sehingga, tulisan ini saya buat berdasarkan beberapa sumber yang saya baca.
Fase MPASI ini masuk dalam 1000 hari pertama kehidupan anak. IDAI menyebutkan, kekurangan atau kelebihan zat gizi pada periode usia 0-2 tahun umumnya ireversibel dan akan berdampak pada kualitas hidup jangka pendek dan jangka panjang. Ngeri ya. Hmm, jadi harus bener-bener disiapin ini. Demi masa depan anak bangsa yang berkualitas, jangan sepelekan masa MPASI. Harus cukup gizinya. Siapa tau besok jadi dokter yang hafal Quran, Aamiin. Nutrisi cukup, otak cemerlang, prestasi gemilang. *eaaa
Panduan MPASI WHO (2010)
Poin penting MPASI menurut WHO (2010) adalah Age, Frequency, Amount, Texture, Variety, Active/Responsive, Hygiene yang kemudian disingkat AFATVAH. Yuk, bahas satu per satu.
AGE : usia pemberian makan
Syarat utama dimulainya MPASI adalah bayi sudah berusia 6 bulan. Mengapa? Sejak usia 6 bulan ASI saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, protein, zat besi, vitamin D, seng, vitamin A sehingga diperlukan MPASI yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi itu.
Kalau nggak pas 6 bulan bagaimana? MPASI sebelum usia 6 bulan itu faktor risiko failure to thrive. Kondisi pencernaan bayi yang belum siap dapat menyebabkan diare, risiko alergi. Faktor perlindungan dari ASI juga menurun, karena asupan ASI yang berkurang sehingga risiko sakit pada bayi meningkat.
Nah, jika MPASI dilakukan setelah 6 bulan, pertumbuhan dan perkembangan bayi bisa menjadi lebih lambat karena tidak mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkan. Selain itu, bisa meningkatkan risiko anemia defisiensi besi.
Kesiapan bayi untuk menerima MPASI berdasarkan perkembangan oromotor, yaitu sudah dapat duduk dengan kepala tegak, bisa mengkoordinasikan mata, tangan dan mulut untuk menerima makanan, dan mampu menelan makanan padat. Secara alamiah, kemampuan ini dicapai pada usia 4-6 bulan.
FREQUENCY : frekuensi pemberian makan
AMOUNT : porsi setiap kali pemberian makan
TEXTURE : tekstur makanan
Berdasarkan panduan WHO, pada awal MPASI bayi langsung diberi puree/bubur lembut semi kental. Patokan kekentalan dilihat dari makanan yang tidak langsung tumpah ketika sendok dimiringkan. Kekentalan berbanding lurus dengan banyaknya asupan kalori dan nutrisi. Setelah mulai makan beberapa minggu sampai usia 9 bulan, tekstur lebih kental berupa bubur saring yang lebih bertekstur agak kasar dan akhirnya kasar.
Mulai usia 9 bulan sudah diberikan makanan yang dicincang halus, tidak keras dan mudah dijumput
oleh anak, bukan berupa bubur lagi. Diharapkan mulai usia 1 tahun anak sudah bisa makan makanan keluarga.
Bayi belajar mengunyah dengan gusi, jadi pemberian makanan bertekstur sesuai tahapan usia sesuai anjuran WHO tidak harus menunggu tumbuh gigi. Pemberian makanan dengan tahapan tekstur justru akan membantu merangsang pertumbuhan gigi.
VARIETY : variasi bahan makanan
Variasi keberagaman makanan diberikan sejak awal pemberian MPASI 6 bulan, karena “tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan”. Jadi LENGKAP = VARIATIF. Lalu, bagaiamana satu menu disebut lengkap atau variatif? Ketika satu menu mengandung : karbohidrat, protein nabati, protein hewani serta sayur, atau biasa disebut dengan “Menu Empat Bintang”.
☆ Karbohidrat : beras putih, beras merah, bihun, singkong, kentang, ubi, jagung, gandum, oat, kabocha, dll
☆ Protein hewani : Ikan, ayam, daging, telur, udang, ati, dll
☆ Protein nabati : Tahu, tempe, kacang tanah, kacang merah, kacang kedelai, kacang ijo, edamame, buncis, dll
☆ Sayur : Bayam, wortel, brokoli, sawi, labu siam, dll.
Lemak sebagai tambahan: Minyak sayur, margarin, butter, yodium, keju, susu dan turunannya, dll.
Apa sih, manfaat pemberian MPASI yang bervariasi?
– Menutupi kekurangan zat gizi dari suatu makanan.
– Meningkatkan selera makan.
– Merangsang produksi aneka enzim pencernaan yang dibutuhkan dalm proses pencernaan makanan.
– Memperkaya memori rasa bayi. Variasi makanan yang diperolehnya akan melekat dalam ingatan bayi hingga dia besar. Risikonya menjadi anak yang sulit makan kelak akan lebi kecil (Sehat Lezat: Olah Saji dr. Tiwi, 2017).
Terkait dengan variasi bahan makanan, jika orang tua memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu, boleh dilakukan “TUNGGU 3 HARI” saat mengenalkan makanan baru pada bayi, khususnya saat mengenalkan makanan pemicu alergi. Pelaksanaan tunggu 3 hari ini bukan artinya memberikan menu sama selama 3 hari berturut-turut, namun menunggu reaksi dari pemberian makanan yang diduga memicu alergi. Selama menunggu reaksi tetap berikan makanan lain yang relatif aman tidak memicu alergi. Jika setelah 3 hari tidak ada keluhan, maka dapat dikatakan anak bebas alergi terhadap makanan tersebut. Jika ada alergi, hentikan pemberian makanan tersebut dan coba kenalkan lagi beberapa bulan kemudian.
Jika tidak ada riwayat alergi dalam keluarga, disarankan memberikan variasi makanan setiap harinya agar anak mendapatkan variasi nutrisi sejak awal pemberian MPASI. Makanan pemicu alergi pada umumnya : telur, ikan laut, kacang-kacangan, beberapa buah-buahan golongan berry, tomat, jeruk. Sejauh ini, yang masih saya ragukan adalah pemberian kacang merah. Pernah sekali diberikan, Ibrahim ruam pipi. Jadi sementara saya hentikan dulu. Alhamdulillah, telur, ikan, dan tahu tempe serta buncis aman.
ACTIVE/RESPONSIVE : anak aktif, orang tua responsif
Memberi makan bukan hanya sekadar “mengisi perut bayi” dengan makanan bergizi, tetapi juga “belajar makan”. Selama MPASI, kita juga memberikan pendidikan tentang interaksi yang menyenangkan, stimulasi terhadap indra pengecap (mengenal perbedaan tekstur dan rasa makanan), melatih motorik halus (memegang makanan dan mengarahkannya ke mulut), mengunyah, dan disiplin. Disiplin jadwal dan durasi makan. Anak juga belajar mengenali rasa lapar dan kenyang.
Lalu, bagaimana agar tujuan pemberian MPASI terpenuhi?
- Kenali karakter makan anak (bila anak suka makan dengan porsi sedikit, tawarkan makanan lebih sering).
- Buat kegiatan makan yang menyenangkan (tersenyum, kontak mata, kata positif, sabar dan penuh humor)
- Hindari gangguan atau pengalihan perhatian agar anak tertarik pada makanannya (misal memberi mainan, di depan TV atau jalan-jalan di halaman). Sebisa mungkin Ibrahim saya biasakan makan sambil duduk. Kalau bosan, dipangku. Kalau masih rewel? Gendong, tapi tidak sambil disuapi. Kalau sudah tenang, dudukkan di booster seat lagi kemudian suapi kembali. Semakin lama Ibrahim paham, kalau dia didudukkan di kursi, berarti waktunya makan. Yeay! Anak itu super cerdas kok, Masya Allah.
- Baca respon anak. Bila anak terlihat malas makan, rewel, ngantuk, jangan paksakan makan. Lebih baik geser waktu makannya. Jika anak tidak mau makanan yang disajikan, kenali penyebabnya, bujuk anak untuk mau makan, usahakan makan bersama dalam keluarga.
- Berikan anak kesempatan untuk mengenali dan mengeksplorasi makanan (memberikan finger food)serta alat makannya.
- Batasi pemberian makan maksimal 30 menit. Hentikan walau tidak habis. Jika ia hanya makan sedikit, tawarkan lagi nanti. Ini mengajarkan anak agar disiplin saat makan.
- Lalu untuk jadwal makan, sebenarnya tidak ada patokan khusus (menurut saya). Sesuaikan dengan jam anak, terutama jam tidur. Awal MPASI, Ibrahim makan jam 7/8 dan jam 15. Kemudian ketika jadwal makan naik menjadi tiga kali, Ibrahim makan jam 7/8, 12 (untuk selingan) dan jam 15. sekarang, Ibrahim makan jam 6/7, 10/11, 13/14 dan jam 16/17. Kalau lewat dari jam itu, biasanya Ibrahim ngomel, wkwk. Jadi, kita juga ikut disiplin menyiapkan makannya.
Di bagian ini jadi pengen cerita, tiga hari pertama Ibrahim MPASI, makanan yang berhasil masuk mulut hanya kurang lebih 5 sendok. Sisanya? Sembur-sembur. Panik nggak tuh? Iyalah, apalagi saya nggak bisa terus menerus mengawasi Ibrahim. Segala cara udah sudah dilakukan, diajak bercanda dulu baru tawari makan lagi, digendong dulu baru taruh kursi lagi untuk makan, tapi masih gagal. Apa saya terlalu memaksa Ibrahim ya biar makan anteng di atas kursi dan tanpa mainan? Baca-baca di blog pengalaman buibu lain, awal MPASI memang agak berat, hehe. Akhirnya, sounding lah tuh tiap sore menjelang bobo atau saat nenen. “Ibrahim besok belajar makan lagi ya, makan yang pinter, nggapapa kemarin sembur-sembur tapi besok makanannya ditelan ya. Kemarin baru kenalan ya sama makanan. Ibu percaya nanti Ibrahim bisa dan suka makan”. Hasilnya? Alhamdulillah, setelah itu makan lancar no sembursembur. Tapi, ada masalah lain. Ibrahim konstipasi. Ah ini cerita di lain waktu ya :’)
HYGIENE : kebersihan selama menyiapkan dan memasak makanan
- Cuci tangan pengasuh dan anak dengan sabun di bawah air mengalir.
- Gunakan bahan makan segar, pastikan yang bebas patogen. Jangan lupa cuci dan bersihkan sebelum diolah.
- Gunakan talenan berbeda untuk memotong bahan makanan mentah dan matang.
- Simpan makanan yang mudah busuk di kulkas.
- Tutup makanan yang sudah dimasak.
- Jangan pernah gunakan botol sebagai media pemberian makan. Karena tekstur makanan cenderung cair, sehingga tidak padat gizi.
Jadi gimana? Ribet ? Makin pusing? Atau makin bingung? Semoga tercerahkan ya. INTINYA, MPASI ITU MAKANAN KELUARGA TETAPI BEDA TEKSTUR DAN BEDA PORSI. Setelah diresapi, sangat terasa kalau “knowledge is a power“. Pemahaman mengenai prinsip dasar MPASI menjadi senjata bagi saya ketika rasa ragu dan cemas datang. Sabar Memiliki anak, membuat saya semakin ingin belajar. Terimakasih Ibrahim.