Pandai, Lihai dan Cerdik

Sejauh ini, PDIP pandai memimpin. Tak sia-sia menjadi oposisi selama 10 tahun. Ditambah masa Orba, lengkap sudah. Awalnya terlihat gagap, tapi pelan-pelan mulai terbiasa dan bisa mengendalikan permainan sebagai pemenang.
Memimpin itu kadang berbagi, bukan memiliki sendiri saja. Itu yang sedang dimainkan PDIP. Semuanya mendapat, kebagian. Semua tenang, dan diam. Kadang, tak perlu banyak. Satu saja cukup. Yang terlihat radikal pun menjadi sopan.
PDIP pandai memimpin, Golkar mulai lihai memungut yang penting-penting, tapi juga tak kentara. Tiba-tiba sudah dalam genggaman saja. Orang heboh Puan Maharani menjadi Ketua DPR. Heboh senang, maupun iri dengki.
Tapi, orang tak heboh Bambang Soesatyo menjadi Ketua MPR, Fadel Muhammad menjadi Wakil Ketua MPR utusan DPD. Termasuk, La Nyalla Mattalitti menjadi Ketua DPD. Semuanya kan kader Golkar? Benar-benar lihai Golkar ini.
Orang heboh, dia asyik memungut satu-satu. Surya Paloh atau NasDem “taburangsang” sejak awal, Golkar tenang-tenang saja. Gerindra bersama Prabowo sudah manuver kian-kemari, tapi yang dapat tetap saja yang sudah menjadi jatahnya. Tak lebih, tak kurang. Energi terkuras.
Kadang, untuk mendapatkan sesuatu tak perlu ribut-ribut benar. Tak perlu terlalu menonjol juga. Apalagi belum waktunya alias masih pagi. Golkar seperti sudah terlempar dari permainan, bahkan jauh sejak sebelum pemilu dimulai. Tapi ternyata tidak. Semua dimainkan Golkar.
Sebetulnya, sudah diketahui Golkar nomor 2 dari segi perolehan kursi. Tapi Golkar tak perlu gembar-gembor, dan membiarkan Gerindra bermanuver, termasuk NasDem. Tapi, hasil akhirnya semua dipungut Golkar satu-satu masuk kantong kiri, kanan, muka, belakang.
Pandai dan lihai, entah mana yang bagus dan dahulu? Pandai dulu baru lihai, atau lihai dulu baru pandai? Agaknya PDIP pandai, tapi belum lihai. Sedangkan Golkar sudah pandai, lihai pula. Ada yang “hattrick” di kursi pimpinan yang hampir sama. Dia tak sekadar pandai dan lihai, tapi juga cerdik.

Tinggalkan komentar