“Anak ku, apakah engkau bersedia aku nikah kan dengan si fulan”?
~diam~
Tak banyak yang bisa untuk ku uraikan, “diam” bermakna aku siap untuk engkau lepaskan menuju bahtera lebih luas dalam menyusuri biduk kehidupan. “Diam” mewakili bahwa aku terbebas dari tanggung jawab mu dan berpindah tangan padanya ia yang pun kau percaya layak mendampingi ku.
Orang asing yang datang meminang, yang tak pernah kau tau akan rimbanya, namun mudahnya Dia bolak balik hati untuk bisa kau berikan jawab “iya”. ~pecah~
Pecah sudah riak gelombang tangis antarkan pada bendungan nan tak sanggup untuk ku tahan. Kewajiban mu tunai untuk ku putri kecil mu. Yang dulu hanya berjarak sekian centi tapi kau tak rela lepaskan nya. Tapi kini, ribuan kilo kan kau lepas ia yang dulu dan nanti akan tetap selalu berharga. Ada bahagia berbalut dengan air mata, ada sakit yang luar biasa kentaranya. Ada rindu yang belum sempat tertunai sudah pada mu wahai ayah bunda, ada cinta yang kini mendapatkan labuhan rasa. Bukan lagi hanya tertuju pada mu, tapi bertambah menjadi kita bersama. ~terimakasih~
Untuk semua belas dan juga kasih. Untuk karungan sayang dan juga cinta. Untuk tiap waktu yang berharga tiap detiknya. Tak kan sanggup berbalas karungan harta. ayah dan ibu
Aku masih anak mu, hanya saja kini bertambah status menjadi seorang istri bagi suami ku.
Akan menjadi ibu untuk anak anak ku #nantinya.
Wahai ayah dan juga ibu, tetap bantu dengan doa mu, tetap setia di waktu mustajab mu, tetap berdiri disana menunggu ku kembali kepangankuan mu, agar tak ada yang menggantikan tempat ku di hati mu.
Ayah dan ibu, aku rindu kembali ke masa itu. Masa dimana senyum sering beradu sapa. Masa ngambekan tiga harinya. Masa cengkrama ala kadarnya, dan masa masa indah yang tak mampu untuk ku ceritra semuanya. Jujur aku rindu.
#adarindu #untuk #ayahdanibu #selepas #itu #menjadi #seorang #istri