Di dalam buku “Dialog orang tua dan anak di dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Aplikasi pendidikannya” karya Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthiri menyebutkan Al-Qur’an memuat 17 dialog tentang pengasuhan anak, 14 diantara dialog Ayah dan Anak, seperti Ibrahim dengan Ismail, Ya’kub dengan Yusuf, Su’aib dengan anak perempuannya, dll
Ayah lah yang menjadi dominan pendidikan anak dalam keluarga, kalau ada ungkapan Ibu adalah madrasah bagi keluarganya, maka Ayah adalah kepala sekolahnya,
Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam buku “Hanya Untukmu Anakku” mengatakan: “Betapa banyak orang tua (ayah) menyengsarakan anaknya di dunia akhirat dikarenakan 3 hal:”
1. Tidak peduli perkembangan anak (cuek), ayah merasa sudah memberi uang itu sudah cukup baginya, dzalimnya ayah yang tak tau kondisi anaknya.
Imam Hasan Al-Banna seorang yang sibuk luar biasa dengan dakwahnya, beliau kemana-mana selalu membawa map yang berisi laporan perkembangan anak-anaknya yg ditulis oleh sang istri.
2. Meninggalkan pendidikan adab nya sejak dini, seperti membiasakan bangun siang, makan dengan berdiri, sering memaklumi ketika ia berbuat salah, dengan dalih bahwa masih anak-anak. Padahal perilaku/karakter ditentukan dimasa anak-anak.
3. Memfasilitasi syahwat, seperti ketika anak menangis tanpa dihibur orang tuanya terlebih dahulu, langsung diberikan hiburan dari HP, sehingga ketika ia dewasa ketika sedih yang dicari adalah orang lain, bukan orang tuanya.
Prof. Rumaya Jauhari dosen Malaysia pernah melakukan penelitian, bahwa ayah yang tidak dekat dengan anak wanitanya, dampaknya:
- Jika anak sudah ABG, akan gampang jatuh ke pelukan laki lain, karena ia tak punya sosok lelaki yang ideal dalam hidupnya. Maka jadikan ayah adalah cinta pertamanya, jikalau kelak memilih jodoh pasti inginnya yang mirip ayahnya atau yang memilihkan ayahnya.
- Jika anak sudah berumah tangga, apabila terjadi pertengkaran dengan suaminya, cenderung yang menggugat cerai adalah wanita duluan, ini karena ia tak mempunyai sosok ayah sebagai teladan lelaki yang baik, ia menganggap semua laki-laki jahat.
Ibnul Qayyim juga mengatakan, “jika anda amati ada kerusakan di sisi anak, maka penyebabnya adalah ayahnya”
Ust Bendri Jaisyurrahman pernah melakukan riset, beliau bertanya ke beberapa kaum Gay, kenapa ia jadi seperti itu. Jawabnya, karena di masa kecilnya ia tak mendapatkan contoh bagaimana menjadi lelaki yang sebenarnya. Maka, hampir bisa dipastikan kalau ada lelaki yang kemayu/melambai, berarti ia ada masalah dengan ayahnya.
Rasulullah walau ayahnya sudah wafat tapi diasuh oleh kakek dan pamannya, Maryam diasuh pamannya Nabi Zakariya, Imam Syafi’i diasuh guru pertamanya Imam Waqi’.
Dalam Al-Qur’an ayah disebut yaa abati, maknanya ayah yang jauh, ayah yang super sibuk tapi kalau pulang anak selalu ingin dekat dengannya.
Untuk itu pulanglah dengan semangat wahai ayah, jadilah ayah terbaik agar anakmu mencintaimu, like father like son