Baru kemarin sore kau gelar pesta walimah, baru kemarin sore sanak saudara datang untuk ucap sakinnah mawaddah warrahmah. Namun siapa sangka minggu berikutnya engkau telah dipercaya menjadi calon orang tua. Memang tak lama waktu bersenang-senangnya, tak lama waktu kau habiskan untuk berdua. Hadirnya seorang anak penerus dari cikal bakal doa, pun dijabbah oleh Dia Sang Kuasa.
Kini engkau hamil muda, kesan pertama adalah luapan bahagia yang tiada tara. Sanak saudara ucapkan selamat, sudah lengkap rasanya kebahagiaan yang kau punya. Namun, siapa sangka diminggu berikutnya engkau pun mulai berubah dengan kondisi yang tetap sama menjadi wanita “hamil”. Minggu pertama sampai minggu ke enam, semua biasa saja. Aktivitas berjalan sempurna seperti yang kau hendak sebelum menikah. Menjadi istri dan juga ibu untuk keluarga, adalah pekerjaan mulia yang didamba. Namun tidak di minggu selanjutnya, kini kondisi mu jauh berubah. Morning sickness kata mereka tak luput mengecualikan diri mu. Tak ada makanan yang mencoba singgah, tubuh semakin lemah tak berdaya.
Kicauan pulang ke rumah adalah hal pertama yang coba engkau cerna.
Lelah letih sudah pasti menyertai, badrest adalah perintah terbaik dikala itu. Sungguh malang diri ku ini, ujur mu. Tak bisa melakukan apa-apa, malah kini suami yang harus merangkap kerja. Kasian.
Kini tubuh hanya terkulai, bangun pun tak sanggup, semua merk makanan pun disebut, dari yang biasa sampai luar biasa pun engkau tak bernafsu. Jangankan ingin, saat namanya saja disebut mual mu pun makin menjadi. Hanya kawanan lemas dan juga lelah yang setia menjadi pelipur lara mu. Hanya Dia yang tahu semua memang harus engkau lalui.
Kini tangis mu pun pecah, saat tombol kyped hp kau hadapkan ke depan wajah. Ada tulisan “Ama”disana, engkau hendak berbagi suka. Namun kali ini berbalik duka, atas kondisi mu yang tak lagi sama.
Isak tangis mengawali ucapan mu, perihal maaf pun tak kuasa engkau tahan. Begitu beratkah rasanya menjadi seorang ibu? Tanya mu terbata kepada wanita di seberang sana
#catatankaki #bumil