Adalah imam syafi’i pernah mengatakan bahwa salah satu ujian terbesar para penuntut ilmu itu adalah dengki. Pun juga Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawanya mengatakan “Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad (dengki). Namun orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya, sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya”. Jika hasad dengan manusia sebagaimana semut dengan gula, sebagaimana hujan dan angin dan sebagaimana garam dan laut. Maka hasad dan penuntut ilmu agama sangat dekat lagi rapat. Ia sebagaimana anak burung dengan induknya, sebagaimana ruh dengan kematian dan sebagaimana sangkakala dengan malaikat peniupnya.
Ujian ini umumnya terjadi diantara orang yang memiliki tujuan dan orientasi yang sama, ia sering pula terjadi diantara orang yang memiliki kesamaan dalam kedudukan dan harta. Setan lebih menyerang akhlak penuntut ilmu agama, karena kecil kemungkinan setan menggoda dengan cara mengajaknya untuk berbuat syirik, melakukan bidah ataupun maksiat, akan tetapi setan berusaha merusak akhlaknya.
Dengan tanpa mengurangi keutamaan ulama, ijinkan saya mengutip sebuah cerita. Adalah Imam Muslim, ahli hadist yang mashur kita dengar. Beliau adalah murid dari Imam Bukhari. Imam Muslim belajar ilmu hadist kepada Imam Bukhari selama bertahun-tahun, akan tetapi Imam Muslim pun juga berguru kepada ulama ahli hadist di tempat lain pada masa itu. Diketahui bahwa ulama tersebut juga ternyata memiliki perbedaan pandangan dengan Imam Bukhari. Sehingga ulama itu berkata kepada Imam Muslim, “Jika engkau berguru juga kepada Imam Bukhari, maka tinggalkan majelisku ini”.
Sekali lagi, tanpa mengurangi keutamaan dan kemuliaan mereka dalam bidang ilmu agama. Apalah kita kalau disandingkan dengan mereka. Kisah ini bisa kita jadikan hikmah kita dalam menuntut ilmu dan adab kepada sesama penuntut ilmu. Said bin Jubair mengatakan, “Ambilah ilmu para ulama, akan tetapi diamlah jika mereka sedang bicara tentang sesamanya, karena demi Allah sesama ulama itu saling cemburu melebihi cemburunya kambing jantan”. Allahuyarham..
Jika ulama yang berbeda pendapat mengenai sesuatu, maka antar ulama tidak saling mencela dan saling menjatuhkan, mereka tetap saling menghormati hak-hak sesama muslim. Tetapi yang kita sedihkan adalah, mereka yang para penuntut ilmu yang menjadikan ulama-ulama tersebut sebagai rujukan malah saling mencela dan saling menjatuhkan karena perbedaan pendapat. Dan setelah direnungkan maka kita mendapati penyakit hasad di balik itu semua. Karena hasad dengan kesuksesan seorang ustadz maka ia berusaha menjatuhkannya.
Sebagai contohnya, hasad antar penuntut ilmu:
1. Hasad dengan ustadz yang lebih banyak murid dan yang menghadiri majelisnya. Apalagi jika ustadz tersebut adalah ustadz baru atau baru datang ke tempat tersebut. Kemudian karena ilmunya dan cara penyampaiannya yang disenangi banyak orang maka ia dalam waktu singkat, banyak yang mengambil ilmu darinya dan banyak yang menghadiri majelisnya. Kemudian ustadz yang lama atau ustadz yang lain merasa sesak dadanya. Merasa tersaingi karena jamaahnya berkurang. Kemudian ustadz yang lama berusaha mencari-cari kesalahan ustadz yang baru dan menyebarkannya. Dan jika dicari-cari tentu setiap manusia pasti punya kesalahan.
2. Hasad dengan mereka yang karya tulisnya banyak. Tatkala ada seseorang penuntut ilmu yang punya banyak tulisan, buku dan artikel yang banyak. Kemudian disebar di berbagai jaringan sosial. Maka bisa jadi ada yang hasad. Maka ia mencari-cari kesalahan tulisannya. Kemudian mengomentari tulisan tersebut, membantah dan menunjukkan bahwa ia lebih berilmu apalagi cara mengoreksinya dengan bahasa yang kurang baik. Yang kurang tepat, ia lakukan di kolom komentar yang dibaca oleh semua orang.
3. Mencari-cari fatwa tentang kesalahan saudaranya. Ketika ada seorang ustadz yang cukup berhasil dalam dakwahnya. Maka ada hasad yang mendorong untuk menjatuhkannya dengan mencari dukungan atau fatwa yang dianggap bertentangan dengan yang dilakukan ustadz tersebut.
Lalu, bagaimana kita meminimalisir hasad tersebut? Rasulullah pernah bersabda: “Jangan kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling membelakangi, jangan sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya, karenanya jangan dia menzhaliminya, jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya, dan jangan merendahkannya. (HR. Muslim)
Kita harus sadar jumlah manusia yang peduli terhadap agama sedikit, maka janganlah kita saling hasad dan memecah belah. Adabnya dengan sesama penuntut ilmu bisa kita lakukan adalah bagaimana berlemah lembut, saling berbagi, dan berdiskusi. Berbagi ilmu dengan ahli ilmu tidak akan mengurangi ilmu yang dimiliki tetapi malah menambah ilmu. Saling memberi hadiah, memberikan pengakuan dan pujian yang sepantasnya, dan mengingat kembali bahaya hasad.
Semoga Allah senantiasa memberkahi perjuangan para penuntut ilmu dan menghilangkannya dari penyakit hasad yang merusak. Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hasyr: 10]