Cara Langsing Tanpa Diet

Halo teman-teman. Kali ini mari kita ngobrol topik yang disukai banyak perempuan. Cara langsing tanpa diet. Hah, memangnya bisa? Seharusnya bisa! Kenapa? Karena menurut pengamatan saya, kalau tujuannya adalah langsing, maka sebelum menyentuh soal makanan, ada hal lain yang justru lebih penting untuk dibenahi. Apa itu? Mindset. Bagaimana kita memandang diri kita, bagaimana kita mau terbuka terhadap hal-hal baru, semacam itu lah. Disamping itu, ada juga berbagai kebiasaan yang tanpa disadari sebenarnya ada hubungannya dengan tubuh langsing ideal.
Saya akan menuliskan beberapa hal yang bakalan mendukung teman-teman menjadi langsing tanpa diet. Sungguh, kali ini saya TAK akan MENGANJURKAN makan makanan tertentu atau MEMINTA MENJAUHI sebagian jenis makanan lainnya. Cara-cara ini simpel saja, dan bisa dibilang akan menjadi cara langsing yang aman atau cara langsing yang alami. Teman-teman BELUM perlu mengubah menu atau apapun yang dimakan, ini hanya soal apa yang ada di kepala dan hati kita. Mari …

Memperbaiki Persepsi Salah Tentang Gemuk dan Langsing

Saya enggak mungkin langsing.
Saya sudah keturunan gemuk.
Gemuk adalah tanda kemakmuran.

Salah tapi dipercaya. Sebenarnya ironis sekali. Apalagi tidak sedikit orang yang turut membagikan persepsi-persepsi seperti ini, menjadikan hal-hal yang sebenarnya meragukan, menjadi sesuatu yang dipercaya. Saya masih sering menemukan orang yang ketika menemui temannya yang terlihat makin berisi, mereka mengatakan seperti ini. “ Wah, segeran sekarang, makmur ya?”.
Jika kata-kata seperti di atas atau semacamnya sudah dipercaya, maka wajar bila kegemukan akan sulit diatasi. Mau berdiet seperti apa, ujung-ujungnya bakal kembali lagi pada persepsi. Siapa yang masih meragukan dahsyatnya kekuatan pikiran? Buang semua keraguan tentang menjadi langsing. Anda bisa! Anda akan segera melangsing.
Suatu saat, dokter yang memeriksa Ibu saya mengatakan, “sebenarnya Ibu harus menurunkan berat badan, tapi saya tahu itu akan sangat sulit.” Demikian kira-kira perkataannnya yang menurut saya sangat menjatuhkan. Ceritanya, saat itu Ibu didiagnosa skoliosis dan kondisi tersebut dipengaruhi oleh berat badannya yang cenderung over. Namun dokter menilai akan sangat sulit menurunkannya, sehingga beliau enggan menyatakan opsi tersebut dan hanya memberikan antinyeri serta suplemen untuk tulang dan syaraf.
Maka dengan sedikit esmosi jiwa saya menatap tajam setajam silet ke beliau, tersenyum sedikit angkuh dan berkata, “Ibu saya akan bisa, dok. Pasti bisa “. Dan Anda tahu, perempuan beusia enam puluhan itu sukses menurunkan sekitar sepuluh kiloan dalam waktu sekitar 2-3 bulan. Hal yang diyakini mustahil oleh kebanyakan orang, mengingat usia beliau yang dipandang sudah sangat lambat metabolismenya sehingga susah pula turun berat badan. Semua berawal dari keyakinan.

Mengenali Rasa Lapar

Kapan Anda memutuskan untuk makan? Ya saat lapar dong, Mbak. Ah… masa? Yakin? *lalu ditoyor berjamaah.
Tidak semua orang makan hanya ketika merasa benar-benar lapar. Ada yang seketika merasa harus makan hanya karena mencium aroma masakan. Ada yang tiba-tiba merasa ingin makan atau ngemil ketika merasa patah hati. Ada yang merasa harus ngemil dan makin banyak ngemil ketika mendekati deadline pekerjaan dan harus lembur. Pokoknya, kalau mau jujur, banyak lagi alasan untuk makan selain benar-benar lapar secara fisik. Dapat dibayangkan bukan, apa akibatnya ketika kita terus menerus member tubuh makanan padahal sedang tidak lapar yang sebenarnya?
Oleh karenanya, kemampuan mengenali rasa lapar menurut saya juga factor penting dalam proses melangsing. Pada prinsipnya, belajar mengenali rasa lapar adalah dengan selalu bertanya kembali pada tubuh saat sinyal lapar mulai muncul. Benarkah saya lapar? Benarkah tubuh saya yang merasa lapar? Atau mencoba menghidrasi tubuh dengan segelas air putih, karena terkadang kita tidak sedang lapar, melainkan haus saja.
Bahasan tentang bagaimana mengenali dan memanaj rasa lapar salah satunya ada di dalam buku Happy Eating Go Langsing tulisan Ibu Nunny Hersianna. Buku tersebut adalah salah satu buku favorit saya, di dalamnya teman-teman akan mendapat banyak sekali pencerahan tentang bagaimana melangsing dengan bahagia. Tak hanya itu, menurut saya buku ini juga memberi insight yang sangat penting terkait dengan hubungan baik kita dengan makanan maupun proses makan secara keseluruhan.
Dalam buku tersebut Ibu Nunny memaparkan beberapa jenis lapar, seperti misalnya lapar mata, lapar memori, dan lapar karena suasana hati. Pernahkah teman-teman merasa demikian ngeces ketika melihat post seorang food-instagrammer yang sungguh menggugah selera, padahal teman-teman baru saja makan? Nah, kira-kira demikianlah contoh lapar mata.

Membina Hubungan Baik dengan Makanan

Saya sangat percaya, tubuh langsing sehat justru dibentuk oleh sebuah hubungan baik antara si pemilik tubuh tersebut dengan makanan. Lo, kok bisa? Hubungan baik dengan makanan bukan orang yang sangat suka makan, sangat banyak makan, dan semacamnya. Di mata saya, memiliki hubungan baik dengan makanan artinya dapat menempatkan makanan secara proporsional. Ada saat makanan berfungsi secara fisik, untuk memasok nutrisi pada tubuh. Seperti inilah seharusnya fungsi makanan. Artinya apa? Ketika tidak lapar fisik sebaiknya ya tidak makan.
Bagaimana caranya dapat memperbaki hubungan dengan makanan? Salah satunya adalah dengan penerapan mindfull eating atau makan secara berkesadaran. Mindful artinya proses makan betul-betul disyukuri dan dinikmati dengan sungguh-sungguh.
Mindful eating adalah sebuah teknik untuk membantu teman-teman untuk memperoleh kendali atas kebiasaan makan, bukan sekadar bersenang-senang untuk kepuasan.
Pada dasarnya, mindful eating melibatkan :

  1. Makan dengan tenang tanpa gangguan
  2. Mendengarkan isyarat lapar fisik dan makan hanya sampai Anda merasa cukup dan bukan kenyang
  3. Membedakan antara lapar fisik yang sebenarnya dan lapar yang bukan karena ada sinyal di tubuh.
  4. Belajar untuk mengatasi rasa bersalah dan cemas terhadap makanan.
  5. Makan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan.
  6. Menghargai makanan Anda

Intinya, Mindful eating berbasis pada kesadaran, dan sebagai bagian dari proses bersyukur. Mindful eating membangun kesadaran atas proses makan, dan pengaruhnya terhadap perasaan dan sensasi fisik tubuh.
Diambil dari website Golangsing, seperti inilah beberapa contoh makan dengan mindful antara lain:

  1. Memilih makanan dengan perencanaan yang matang dan ketenangan
  2. Memilih makanan dengan prinsip variatif, seimbang serta moderat
  3. Mempersiapkan proses makan dengan baik, dsb.

Nah, tidak usah ber-diet dulu jika memang dipandang memberatkan. Coba yuk, awali proses melangsing dengan memperbaiki persepsi dan kebiasaan dahulu. Saya juga masih terus belajar kok untuk mengenali rasa lapar serta mindful eating. Sementara kalau soal persepsi, insyaallah sudah yakin, pede dan tanpa sedikitpun keraguan. Yes, saya bisa melangsing, saya tetap langsing dan insyaallah akan terus langsing. Yuk, coba langsing tanpa diet.

Tinggalkan komentar