Berbuat baik itu ibarat seperti menanam pohon. Setiap engkau berbuat baik maka satu bibit telah engkau tanam. Saat engkau berbuat baik yang lain, satu bibit lagi engkau tanam. Begitulah seterusnya. Anggap saja engkau seorang petani. Engkau disediakan sebuah kebun luasnya tidak terbatas. Setiap engkau berbuat baik, engkau tanam satu bibit pohon jeruk di kebun itu. Begitulah seterusnya, setiap perbuatan baik yang engkau lakukan dibalas dengan bibit-bibit pohon jeruk yang terus engkau tanam. Lihatlah sekarang perkaranganmu banyak ditumbuhi pohon jeruk disana-sini. Engkaupun berjalan menyusuri jalanan setapak di kebun itu. Engkau lihat beberapa bibitmu tidak tumbuh. Engkaupun bersedih, kenapa ini terjadi. Ehhmm… mungkin saja, bibit itu tidak mau tumbuh karena ulah dirimu sendiri. Yah, dirimu yang tidak ikhlas saat berbuat baik, dirimu yang riya dan pamer saat berbuat baik atau engkau berbuat baik dengan perasaan terpaksa dan dengki. Akibat itu semua, bibitmu enggan untuk tumbuh. Lalu engkau bersedih.
Engkaupun berjalan lagi menyusuri jalanan di kebun itu. Engkau melihat ada pohon yang sudah tumbuh, tapi sayang batang dan daunnya kering, buahnya busuk tidak bisa dimakan. Engkaupun terheran-heran, ada apa lagi ini. Mungkin saat engkau berbuat baik, engkau ikhlas dan jauh dari rasa pamer dan riya maka bibit itupun akhirnya tumbuh. Tapi sayang, engkau ungkit-ungkit kebaikanmu yang lalu, engkau ingat-ingat terus kebaikanmu saat itu, engkau ingatkan orang yang pernah engkau berbuat baik kepadanya, segala perbuatan baik yang pernah engkau lakukan. Engkau ceritakan kepada temanmu segala perbuatan baik yang telah engkau lakukan kepada temanmu yang lain. Mungkin engkau sedang sebel saat engkau mengharapkan balasan dari orang lain atas perbuatan baik yang pernah engkau lakukan, tapi balasan itu tidak pernah ada malah sebaliknya dibalas dengan air tuba. Lalu, kembali engkau bersedih. Engkau menyusuri kembali jalan di area kebun itu. Engkau melihat tanaman-tanamanmu itu ada yang berbuah lebat, ada yang hanya sedikit. Buah yang sangat nikmat untuk dimakan. Engkau berseri-seri menikmati hasil panenmu yang melimpah.
Engkau sadar, tidak ada yang menjamin semua bibit yang engkau tanam itu tumbuh 100%. Engkaupun tidak pernah tahu, bibit mana yang tidak tumbuh, bibit yang tumbuh tapi busuk dan bibit mana yang berbuah lebat sekali. Nah, jika engkau sadar bahwa tidak semua bibit yang engkau tanam itu tumbuh, maka engkau harus terus mendapatkan bibit-bibit yang lebih banyak yang bisa engkau tanam. Jangan sampai bibit yang ditanam sudah sedikit dan kebanyakan bibit itu gagal panen, rugikan. Apalagi kebun sebelah yakni kebun dosa, bibit-bibit yang engkau tanam juga berbuah lebat. Jadi bangkrut, menyesal dan itu penyesalan abadi lho.
Teruslah berbuat kebaikan. Teruslah menanam benih kebaikan karena engkau tidak akan pernah tahu bibit mana yang akan tumbuh berbuah lebat. Terus kenapa hasilnya berbeda-beda. Ada yang berbuah lebat dan ada juga yang berbuah sedikit. Itu mungkin tergantung dari keikhlasanmu dan seberapa manfaat kebaikan itu bekerja. Jika diamalkan oleh sedikit orang maka buahnya sedikit, tapi jika manfaatnya besar, keikhlasannya tertinggi dan diamalkan terus turun temurun sebagaimana amal para sahabat Nabi yang merawikan hadist, maka bisa jadi bibit yang engkau tanam menjadi sebuah pohon yang luar biasa banyak buahnya. Tapi nilai sebuah amal itu urusan Allah. Engkau tidak mampu memprediksi besarnya amal kebaikan yang engkau lakukan. dan engkau memang tidak perlu itu. Fokuslah bagaimana upayamu menanam benih sebanyak mungkin dan melakukan kebaikan seikhlas mungkin. Engkau tidak pernah tahu dan tidak pernah bisa menduga benih mana yang mati dan benih mana yang berbuah lebat. Terkadang sesuatu perbuatan kebaikan yang kecil tapi menghasilkan buah yang lebat. Itu juga mungkin karena itu hanya Allah yang tahu. Pokoknya terus saja berbuat baik. Jangan hiraukan dampaknya. Jangan hiraukan respon baliknya. Jangan harapkan balasan dari orang. Cukup lakukan perbuatan baik lalu selesai, lupakan, jangan diungkit, jangan diingat, jangan dikatakan karena itu bisa menjadikan benih yang engkau tanam mati. Sebagai penutup tulisan ini, perhatikanlah Firman Allah berikut ini:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,……”(QS. Al Isra : 7).
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah : 261).