Belakangan ini lagi rame sebuah acara tayangan di televisi yang membahas tentang sebuah aplikasi bimbel online via telepon pintar. Banyak kalangan masyarakat yang menentang keras adanya bimbel online dengan alasan hal tersebut bertentangan dengan pendidikan Nasional kita. Tapi ga sedikit juga yang memberikan dukungan, karena hadirnya aplikasi ini benar-benar terbukti membantu siswa memahami materi pelajaran di sekolah.
Tapi sebenarnya, adanya bimbel online ini memang benar-benar masalah bukan sih? Atau kalau memang bukan masalah, apa bener ini bisa jadi solusi bagi pendidikan negeri? Atau jangan-jangan hanya tren masa kini?
Kalau kita berbicara tentang teknologi, tidak bisa dipungkiri bahwa sejarah telah membuktikan bahwa teknologi telah membawa banyak perubahan pada peradaban. Hadirnya alat transportasi massal, kendaraan pribadi, perlengkapan makan, komputer, internet, Facebook bahkan telepon pintar yang kita gunakan adalah hasil dari perkembangan teknologi. Tanpa adanya teknologi tentu kehidupan kita tidak akan jauh lebih mudah seperti sekarang ini.
Pun halnya dengan bimbel online yang juga lahir karena perkembangan teknologi. Dalam kancah global, sebetulnya platform belajar online sudah cukup lama dikembangkan dan digunakan oleh warganet dunia jauh sebelum kehebohan bimbel online di Indonesia. Ambil saja beberapa contoh seperti coursera.org , edx, Lynda.com , online course MIT Khan academy dan lain sebagainya. Mereka telah menggunakan plaform ini di awal tahun 2000. Jumlah penggunanya pun bertumbuh secara drastis dari tahun ke tahun dan kian mengglobal. Itu artinya program belajar online memang mampu menjadi solusi pembelajaran.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Apakah belajar online ini bisa menjadi solusi? Tentu saja. Meskipun ini bukan solusi untuk seluruh aspek pendidikan. Hanya sebagian saja. Lebih tepatnya untuk aspek pengetahuan saja. Sedangkan jika kita berbicara tentang pendidikan konteksnya jauh lebih luas. Ada nilai moral, ada karakter, ada sikap, psikomotor, dan lain sebagainya. Terlalu kompleks dan terlalu naif jika pendidikan hanya dipandang dari sisi pengetahuan saja.
Fenomena ini mirip seperti yang terjadi dengan hadirnya aplikasi ojek daring (online) yang terjadi beberapa tahun silam. Banyak kalangan menentang, khusus nya para pakar bidang pembangunan dan transportasi. Sebab hadirnya aplikasi ini dinilai dapat mengubah tatanan sosial masyarakat, bisa meningkatkan risiko kecelakaan di jalan serta menambah kemacetan karena semakin banyaknya jumlah kendaraan. Tapi di sisi lain hal ini bisa menjadi solusi atas kebutuhan transportasi masyarakat. Dampak lainnya, jutaan lapangan pekerjaan baru terbuka dan ekonomi masyarakat makin menggeliat.
Bisa kita perhatikan kan pola nya? Di satu sisi menguntungkan di satu sisi merugikan. Ada baik ada buruk. Ibarat keping mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Teknologi selalu memberikan hal baik dan hal buruk dalam waktu yang bersamaan.
Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi hadirnya aplikasi belajar online ini?
Sebagai murid, silakan saja gunakan jika memang membutuhkan dan jika sekiranya membantu. Kalo engga, ya ga usah. Tapi perlu diingat, bahwa sekolah itu ga cuma tentang belajar pelajaran doang. Lebih jauh lagi, di sekolah itu belajar mempersiapkan kehidupan. Terus klo kalian ngerasa belajar bimbel online lebih bermanfaat daripada belajar sama guru tertentu, plis berusaha untuk tetap menghargai guru mapel kalian. Ga perlu menyakiti hati mereka dengan mabal dan mencibir guru kalian. Trust me, sebagai guru, hal hal kayak gitu bikin sakit bro, sis.
Sebagai guru, ini tantangan bagi kita. Tantangan bagaimana caranya agar murid memahami dengan jelas pesan yang kita sampaikan. Bukan bermaksud saingan dengan para guru online. Tapi sebagai bentuk semangat bahwa menghadirkan pendidikan terbaik untuk murid-murid kita adalah kewaji
Bisakah saling melengkapi? Misal, bahkan di sekolah pun aplikasi online itu digunakan, dan guru menjadi pelengkap atas apa yang tidak/belum bisa dicater online app. Misal, bimbingan one on one, pendidikan karakter, etc.