Aktifnya Sang Anak

Tangan ke atas pertanda (gendong saya…gendong saya)
Mulut maju mundur pertanda (haus saya…saya haus)
Kaki menendang nendang pertanda (udah berisi…udah berisi)
Nangis biasa pertanda (panas, haus, berisi di dalam popok)
Nangis tak biasa (belum tentu penyebab nya)
Sebulan menjadi pengamat yang baik. Mendeteksi kemauan, mendeteksi kebiasaan, mendeteksi kelakuan dan banyak pendeteksian yang sudah dilakukan.
Hari ke hari semakin banyak kepandaian, makin menjadi kesayangan, makin banyak kemauan (namanya juga bayi kecil). Dan makin dituntut kesabaran?
Bukan keluhan namun sebagai pembelajaran, bahwa diri harus sering diingatkan. Bahwa dia mempercayai mu, maka kau harus jaga baik baik kepercayaannya. “Kesal mu berdampak pada halusnya rasa yang dimilikinya”. Mungkin bicara langsung dia yang tak bisa, namun sensitifitasnya jauh melebihi rata-rata.
Terbilang cepat ia tumbuh, dalam pangkuannya sang waktu. Ada tawa dibalik tingkah lucunya, ada cemas disetiap tangisnya dan ada haru dibalik lelapnya. Sedikit kesal saat ia terjaga ditengah kantuk yang melanda. Namun menyesal saat pekikan menjadi “pembalasan” darinya.
Memang Nak, kami pun harus banyak belajar dari mu (makhluk kecil yang beranjak besar). Bahwa setiap sebab akan ada akibatnya. Bahwa sabar tiada batasnya. Dan ikhlas tak semudah pelafalannya.
Dalam lelap mu selalu terselip doa. Kelak engkau besar tetaplah menjadi makhluk kecil kami yang lucu. Menjadi pengajar bagi kami dikala lupa bahwa sabar dan ikhlas harus selalu seirama.

Satu pemikiran pada “Aktifnya Sang Anak”

Tinggalkan komentar