Adab, Ilmu, Dan Iman

Sebelum belajar ilmu pengetahuan, kita perlu belajar adab terlebih dahulu. Sebelum belajar ilmu Al-Quran, kita perlu belajar iman terlebih dahulu. Lalu, bagaimana hubungan antara adab dan iman???
Sejak beberapa hari yang lalu, saya merenungi hal ini. Betapa banyak sekali poin-poin adab yang sebaiknya kita laksanakan agar menjadi orang yang beradab dan agar “tidak” menjadi orang yang biadab (kata ustadz Adian Husaini yang maksudnya adalah tidak beradab). Khusus untuk persoalan kebiadaban, tidak saya bahas saat ini. Saat ini, saya hanya hendak mencari hubungan antara adab dan iman.
Sejak dahulu, saya sudah memegang kaidah bahwa tidak ada akhlak yang baik tanpa tauhid. Hal ini saya simpulkan dari penjelasan Aa Gym yang saya dengarkan berkali-kali, bahkan cukup rutin saat itu. Aa Gym selalu mengingatkan pentingnya memiliki ketauhidan yang kokoh karena tauhid itulah yang mengantarkan kita pada akhlak yang baik. Ketauhidan yang kokoh itulah yang membentuk qalbun salim (hati yang bersih). Maka, bukanlah akhlak yang baik jika seseorang bersedekah “bukan” untuk mencari ridha Allah, melainkan untuk mendapat decak kagum manusia.
Akhlak memiliki sedikit perbedaan dengan adab. Akhlak itu adalah tabiat yang sudah terbentuk sehingga dilakukan tanpa pikir panjang, bisa baik maupun buruk. Maka, akhlak yang baik sebenarnya adalah hasil “latihan” melaksanakan adab di kehidupan sehari-hari.
Kalau kita belajar adab, kita akan mengetahui bahwa poin-poin adab yang perlu dilaksanakan itu sangaaat banyak karena pada hakikatnya memang adab itu adalah menempatkan segala sesuatu “pada tempatnya” sehingga adab itu sama saja dengan “adil”. Nah, untuk melaksanakan semua poin adab tersebut, bagi saya, tidak mudah, apalagi untuk istiqamah karena setelah saya renungi, ternyata poin-poin adab yang ada itu tidak hanya yang hukumnya wajib, tetapi juga banyak yang hukumnya sunnah atau sunnah muakkad. Namun, untuk menjadi orang yang berakhlak mulia tentunya harus latihan membiasakan semua poin adab tersebut. Yang hukumnya sunnah saja dilaksanakan, apalagi yang hukumnya wajib, seharusnya lebih mudah dilaksanakan. Ini membutuhkan latihan dan mujaahadah (kata Aa Gym). Namun, kembali lagi, semua itu akan terasa sangat sulit jika motivasi kita kurang kuat, tauhid kita kurang kokoh, dan hati kita kotor atau jauuuh dari qalbun salim. Tauhid yang kurang kokoh ditandai dengan kurangnya kekhusyukan atau rasa takut dan tunduk kepada Allah. Berarti intinya, yang perlu dikejar pertama kali adalah kekhusyukan. Ini adalah iman. Maka, menurut saya, sebelum beradab, kita perlu menguatkan iman. Iman sebelum adab. Namun, kalau kita lebih teliti, menguatkan iman kepada Allah sebenarnya adalah sama saja dengan beradab kepada Allah. Istilah adab kepada Allah jarang kita dengar karena mungkin cakupan adab yang sangat luas sehingga porsi bahasannya lebih banyak tentang adab kepada selain Allah dan mungkin juga karena adab kepada Allah sudah terwakilkan oleh istilah lain, yaitu iman, tauhid, ataupun taqwa. Pada intinya, jika kita menggunakan istilah adab kepada Allah pun berarti adab kepada Allah harus diutamakan terlebih dahulu sebelum beradab kepada selain Allah. Wallaahu a’lam, ini hanya pemikiran saya saja.

Tinggalkan komentar